Selasa, 19 Februari 2013

Yeti Manusia Salju dan Primata Besar


Yeti atau Manusia Salju yaitu sejenis primata besar Yang menyerupai manusia, Menghuni wilayah Sekitar Pegunungan HimalayaYeti , dan nama Meh-Teh umummnya digunakan secara luas oleh penduduk asli di wilayah tersebut, dan merupakan bagian dari kisah sejarah dan mitologi mereka. Orang-orang Nepal juga menyebutnya Bonmanche yang berarti "manusia liar" atau "Kanchanjunga rachyyas" yang berarti "Iblis Kanchanjunga."


Penampakan dan Pencarian-pencarian

Kisah Meh-te, atau manusia beruang, serupa Yeti, sangat terkenal di Nepal. Bahkan kisah ini menarik perhatian bangsa barat ketika pada tahun 1830-an, Journal of Asiatic Society of Bengal diterbitkan oleh seorang Inggris, B. H. Hodgson, yang menggambarkan makhluk ini sebagai sosok dengan tinggi besar dengan dua kaki dan ditutupi oleh rambut hitam yang diklaim terlihat saat dia sedang trekking di Nepal.

Laporan penampakan menjadi lebih sering pada abad ke-20 ketika orang-orang barat mulai menjajaki Himalaya. Mereka melaporkan melihat jejak kaki aneh atau makhluk ganjil. Pada tahun 1925, seorang fotografer bersama Royal Geographical Society melaporkan telah melihat makhluk aneh di dekat gletser terbesar di dunia, Zemu, di India.



N. A. Tombazi menulis bahwa, "Tidak diragukan lagi, sosok itu menyerupai manusia, berjalan tegak dan berhenti sesekali untuk menarik beberapa semak dwarf rhododendron”.

Dia mengatakan, jejak kaki makhluk ini mirip dengan manusia, tetapi dengan ukuran yang lebih besar. Panjangnya hingga enam hingga tujuh inci dan lebarnya sekitar empat inci.

The Daily Mail mensponsori sebuah ekspedisi pada tahun 1954 untuk menyelidiki penampakan terakhir Yeti. Selama perjalanan, pendaki gunung John Angelo Jackson banyak menemukan dan memfoto jejak kaki, beberapa ada yang besar dan tidak teridentifikasi.

The Daily Mail kemudian memuat artikel yang menggambarkan bagaimana tim ekspedisi memperoleh spesimen rambut cokelat kehitam-hitaman dan gelap yang sama dengan yang ada di Biara Pangboche.

Pada tahun 1953, Sir Edmund Hillary dan seorang sherpa, Tenzing Norgay melaporkan melihat jejak kaki besar saat mendaki Everest, meskipun Hillary tetap skeptis apa yang dilihatnya itu adalah jejak kaki Yeti.

Pada tahun 1974, berita tentang serangan Yeti pada istri seorang sherpa sampai ke Inggris. Lap Kadoma diduga dilemparkan ke sungai oleh suatu makhluk besar yang mendekatinya dari belakang. Ketika ia siuman, ia menemukan sejumlah yak tewas tergeletak di dekatnya.

Luka-luka pada yak ini tidak seperti yang ditimbulkan oleh macan tutul salju atau beruang, yang merobek bangkai mangsanya secara terpisah. Sebaliknya, ada tanda gigi dan daging-dagingnya telah habis dimakan.


Yeti dan Jari yang Terpotong dari Nepal

Pada tahun 1957, Tom Slick, seorang Amerika yang kaya, mendanai serangkaian ekspedisi untuk menyelidiki keberadaan Yeti. Ia menjadi begitu terobsesi setelah mendengar tentang mereka saat melakukan perjalanan bisnis ke India.

Satu tahun kemudian, selama satu ekspedisi yang didanai oleh Slick, penjelajah asal Irlandia-Amerika, Peter Byrne, mendengar dua orang sherpa menyebutkan kata Meh-te. Ketika ditanyai, mereka bercerita tentang tangan Yeti kuno yang diawetkan di Biara Pangboche. Hari-hari selama trekking yang dilalui dengan melewati beragam bahaya yang mengancam, seperti longsoran-longsoran salju, mengantarkan Byrne menuju biara yang megah. 

Dia ingat berjalan di lorong dengan cahaya lilin dan digiring ke ruangan yang berisi tangan Pangboche. "Tangan itu diselimuti oleh kulit hitam yang telah rusak," kata Byrne.

Dia mengirim seorang pelari melewati perbatasan menuju India dengan pesan untuk Slick tentang temuannya itu. Butuh waktu tiga hari hingga sang pelari kembali dengan instruksi dari Slick untuk mendapatkan tangan itu dan membawanya ke London.

Tetapi para biksu menolak membiarkan Byrne mengambilnya. Mereka menjelaskan bahwa jika mereka membiarkan Byrne membawanya pergi, akan terjadi kutukan-kutukan dan hal buruk lainnya yang akan menimpa biara itu. Slick tidak menyerah. Dia mengatur waktu dan tempat untuk bertemu dengan Byrne di London, bergabung bersama mereka tokoh primatologi terkenal dunia, Profesor William Osman Hill.

Disepakati bahwa tempat pertemuan mereka adalah sebuah restoran yang berada di kebun binatang tempat Profesor Osman Hill bekerja.

Selama makan, Osman Hill berkata pada Byrne bahwa ia harus mendapatkan setidaknya satu jari dari tangan itu untuk diteliti dan dianalisis secara ilmiah.

Sang profesor, yang mempunyai jaringan ke Royal College of Surgeons, kemudian meraih ke bawah meja dan mengeluarkan sebuah kantong kertas berwarna cokelat.

Dia meletakan tangan manusia ke atas meja, dan menyarankan Byrne untuk mengganti jari tersebut dengan satu jari manusia.
Kemudian Byrne kembali ke biara, dan meskipun para biarawan enggan, mereka akhirnya sepakat untuk memberikan satu jari seharga £100, hanya jika Byrne bisa menemukan cara untuk menyamarkan jari yang hilang itu hingga terlihat seperti semula.

Para pendaki gunung memasangkan jari manusia pada bagian jari yang hilang, setelah sebelumnya diwarnai dengan yodium agar warnanya terlihat sama.

Sekarang, jari tangan tersebut telah ada padanya. Tetapi, dia sekarang menghadapi perjalanan pulang yang berbahaya.


Pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah Nepal telah menetapkan peraturan di dalam undang-undang, bahwa tidak diperkenankan bagi orang asing untuk membunuh Yeti.

Jadi, Byrne mengambil risiko dengan melakukan perjalanan dengan berjalan kaki melintasi perbatasan ke India dengan jari yang dibawanya dari biara. Tujuannya adalah untuk menyelundupkan jari itu ke London dengan pesawat tanpa ditemukan dan diberikan pertanyaan-pertanyaan oleh pemerintah setempat.

Slick, seperti biasa, punya solusi.
Seorang teman berburunya di India mungkin bisa membantu Byrne. Temannya tersebut ternyata tidak lain adalah bintang film Jimmy Stewart. Slick tahu bahwa Stewart sedang berlibur di Calcutta dan berpikir dia mungkin cukup tertarik dengan legenda Yeti dan dapat membantunya. Jadi sebuah pertemuan diatur di Grand Hotel di Calcutta dengan dihadiri oleh Byrne, Tuan Stewart dan istrinya, Gloria.

Nalurinya benar. Tuan Stewart sangat senang dan bersedia membantunya. Untuk menghindari bea cukai, Gloria menyembunyikan jari itu di dalam pakaiannya dan mereka terbang dari India tanpa kesulitan. Kembali di London, jari diserahkan kepada Profesor Osman Hill untuk dianalisis.

Mengerikan. Berdasarkan hasil tesnya, setelah dibandingkan dengan tangan manusia, Profesor berkesimpulan bahwa itu bukan tangan manusia.

Tapi cerita ini meredup. Tidak ada lagi yang mendengarnya selama bertahun-tahun, meskipun diketahui bahwa Profesor Osman Hill akhirnya mewariskan jari ini ke Hunterian Museum. Tidak ada yang tahu mengapa, setelah semua upaya untuk mendapatkan jari itu dan membawanya kembali ke London, pada akhirnya hanya diserahkan kepada museum dan dilupakan.


Jari Yeti Kini

Penemuan jari di Royal College of Surgeons itu terjadi secara kebetulan.

Peter Byrne, yang sekarang berusia 85 tahun, terheran-heran ketika mengetahui jari tersebut masih ada. Setelah memeriksa objek tersebut, ia memverifikasi bahwa jari itu adalah jari yang sama yang telah ambil. Royal College of Surgeons kemudian memperbolehkan mengambil sepotong kecil dari jari itu untuk dianalisis lewat tes DNA. Penelitian ini dikelola oleh Zoological Society Royal, Skotlandia dan hasilnya akan diungkapkan lewat film dokumenter khusus BBC Natural History.



Sekarang ini, ada gerakan-gerakan yang menyuarakan bahwa jari itu harus kembali ke pemiliknya yang sah. Mike Allsop, seorang pendaki gunung asal Selandia Baru, contohnya. Dia berkampanye untuk membantu biara mendapatkannya kembali. Dia mengatakan kepada para biara tentang keberadaan jari yang hilang itu, dan mereka telah meminta untuk dikembalikan dengan aman. Royal College of Surgeons mengatakan akan memberikannya jika diminta.


Update: Hasil Tes DNA

Tanggal 27 Desember 2011, waktu 11:24 GMT, mungkin adalah waktu yang bersejarah bagi para penggemar misteri terutama Yeti, makhluk misterius yang berasal dari Himalaya itu.

Tim dokumentasi BBC yang telah mengambil sample DNA dari jari Yeti yang berasal dari biara Pangboche, telah berhasil menganalisisnya. Sample DNA ini diteliti oleh seorang ahli genetik, Edinburgh Zoo, dan menyimpulkan bahwa jari ini merupakan tangan manusia.

Dr Rob Ogden, dari Royal Zoological Society of Scotland, berkata, "Kami harus menjahitnya bersama-sama. Kami memiliki beberapa fragmen yang kami masukkan ke dalam satu urutan besar dan kemudian kami cocokan dengan database yang kami miliki dan kami menemukan DNA manusia.

"Jadi tidak terlalu mengejutkan, tapi itu jelas sedikit mengecewakan karena Anda tidak menemukan sesuatu yang baru.

"Manusia adalah apa yang kami harapkan, dan manusia adalah apa yang kita dapatkan."

Ian Redmond, primatologi berkata, "Dari apa yang kita tahu tentang Yeti, saya akan mengharapkan jari tersebut lebih kuat dan lebih panjang dan mungkin dengan beberapa rambut di belakangnya.

"Jika seseorang baru saja menemukan jari itu tanpa mengetahui cerita Yeti seperti apa, saya pikir Anda akan berpikir itu adalah jari manusia."


Penutup

Satu lagi misteri terpecahkan, dan ini bukan sembarang misteri. Ini Yeti, ini jari tangan Yeti yang berasal dari Biara Pangboche!

Tapi apakah dengan terpecahkannya misteri jari tangan Yeti ini maka secara keseluruhan misteri Yeti menjadi terpecahkan juga? Mungkin tidak, sebab sampai hari ini, legenda Yeti masih tetap begitu kuat seperti sebelumnya.

Tahun lalu saja, ada 15 penampakan yang dilaporkan di Siberia. Kemerovo State University di Rusia bahkan menyiapkan sebuah lembaga penelitian untuk menelisik lebih dalam tentang laporan dan penampakan Yeti ini.

Ya, setidaknya dengan pembuktian ini, satu misteri telah terbuka tabirnya. Dan bisa saja, hal ini mampu membuka kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih luas sehingga misteri-misteri yang belum terpecahkan menjadi terpecahkan. Atau mungkin saja Yeti tetap menjadi misteri sampai kapanpun. Ya, mungkin, seperti 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . CAMPURADUK BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger